Monday, August 31, 2015

Inilah Isi Surat Ra Lilur kepada HARIAN BANGSA

Ra Lilur akhirnya berkirim surat kepada HARIAN BANGSA. Meski cicit Syaikhona Kholil itu tak pernah membaca koran, namun ia tahu betul isi berita HARIAN BANGSA yang menulis keunikan dirinya.
Surat itu dititipkan kepada seseorang kemudian diberikan kepada Taufiqurrahman, wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan. Surat itu sangat sederhana, namun isinya cukup mengena dan mendalam. Hanya satu lembar, tapi diketik dengan mesin ketik manual. Selain berisi saran juga disertai kaidah-kaidah agama dalam bentuk huruf Arab.
Surat ini penting dimuat karena tulisan tentang Ra Lilur mendapat sambutan luar biasa dari pembaca. Bahkan ada pembaca yang menelepon kepada redaksi HARIAN BANGSA menanyakan, apakah koran ini sudah seijin Ra Lilur ketika menulis kiai jadab yang suka berendam di tengah laut itu.
"Karena surat kabar BANGSA tertanggal 4 Agustus 2001 halaman 6, dengan judul "Tiba-tiba Berpakaian Serba Merah" memuat pengungkapan nama saya dikategorikan yang berlebihan.
Maka perlu saya membuat uraian (bukan sanggahan) untuk menjaga tetap baiknya i'tikad orang awam. Ini sebagian yang tertera di surat kabar itu kolom I tanggal 4 bulan Agustus tahun 2001 halaman 6:
"Ra Lilur tampaknya memang sudah mencapai tingkat kasyaf dst... dst..."," tulis Ra Lilur mengawali suratnya.
Yang menarik, surat Ra Lilur minta agar tak menafsirkan terlalu jauh tentang perilaku manusia. Ia minta agar perilaku manusia dipandang dari segi dhahiriyah-nya saja, tak usah ditafsirkan macam-macam.
"Inilah uraian saya: Martabat manusia tak akan melebihi Nabi. Tak akan luas pengaruh manusia individu kecuali manusia yang berkedudukan resmi dan berkarya resmi pula. Pengumandangan agama Islam adalah dhohiriyah, pandanglah manusia dan perilakunya dengan apa yang terpandang tak usah mengungkit-ungkit apa yang tersirat cukup dengan yang tersurat," tulis Ra Lilur lebih lanjut.
Ra Lilur kemudian menulis, "Selain niat dan syarat-syarat dan rukun Ibadah serta muamalat hanyalah dhahiriyah. Sebab itu maka tak layak bagi manusia mengungkap-ungkap batiniyah seperti watak, dan jiwa yang bergairah buruk. Kecuali orang teranugerah padahal itu.
Ra Lilur kemudian mengutip kaidah bahasa Arab yang artinya, "Dan manusia hanya diperintah mengikuti kaidah-kaidah agama, makanya tak usah isyarat-isyaratan."
Ra Lilur juga mengetengahkan kaidah yang ditulis dalam bahasa Arab. Kaidah itu ia beri arti sebagai berikut:
"Dan Nabi sendiri tak suka terlalu diagung-agungkan seperti tersebut."
Ra Lilur juga kembali menulis dengan bahasa Arab yang artinya: "Pandanglah manusia dan muammalah dengan dhahiriyah, kalau dukun itu dengan batiniyah maka itu hal dukun sendiri."


Sumber: Harian Bangsa


EmoticonEmoticon