Monday, August 17, 2015

Nasionalisme Santri dan Kiai: Upacara a la Kaum Sarungan

Bagi yang masih mempertanyakan nasionalisme kaum sarungan atau santri maka perlu dipertanyakan perbendaharaan sejarahnya. Betapa tidak, sejak era memperjuangkan kemerdekaan, kiai dan santri berdiri di garda terdepan: turun ke medan perang.

Bagi santri, penjajahan adalah bentuk kelaliman yang harus disingkirkan. Apalagi pascaresolusi jihad yang dikeluarkan oleh mBah Hasyim Asy'ari, rais akbar NU, mereka tumpah ruah berangkat ke medan jihad.

Tidak hanya itu, kaum sarungan tetap konsisten menjaga keutuhan NKRI. Maka, tercatat dalam sejarah, Ormas NU merupakan yang pertama kali menerima Pancasila sebagai dasar organisasinya. Disaat  Ormas lain, yang mengaku moderat,  masih "ogah-ogahan."
Santri Miftahul Ulum Bengkak, Wonorejo.

Begitu juga setiap kali peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, mereka turut serta memperingatinya,  khas dengan keunikannya.

Misalnya, santri NUHA, Malang. Mereka memperingati HUT RI lengkap dengan pakaian kebesaran santri: sarung dan kopiah hitam. Uniknya, upacara dilakukan di lantai tiga.

"Seperti santri-santri pesantren lain, santri Nuha tidak ketinggalan menumbuhkan nasionalisme dengan upacara di lantai tiga," tulis kiai Achmad Shampton Masduqie di akun facebooknya.

Upacara Santri Nuha (foto: koleksi Gus Shampton).



Pesantren Nuha adalah sebagian kecil lembaga pendidikan yang dikonotasikan kolot oleh sebagian "kaum terdidik" di negeri ini yang melaksanakan upacara tujuh-belasan.

Pesantren lain adalah, Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyyah. Pesantren yang berada di Desa Kedungwungu, Kerangkeng, Indramayu, tersebut sudah dipastikan tidak pernah alfa dari kegiatan memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia.

"Sebab, disana ada jutaan shuhada. Kewajiban kita untuk mengenang dan memperkenalkan mereka kepada generasi muda bangsa agar tidak buta sejarah," tutur Ustad Abdurrafi dalam sambutannya sebagai pembina upacara.

Santri Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyyah usai upacara pengibaran bendera.
Begitu juga Pesantren Ploso, Kediri. Pesantren yang terkenal dengan kedisiplinan dan kerapihannya.  Juga tidak ketinggalan melaksanakan upacara memperingati kemerdekaan RI, tak kalah dengan lembaga pendidikan yang menamakan diri sebagai lembaga pendidikan modern dan negeri. 
Upacara di Pondok Pesantren Ploso.


Hal itu, tidak lepas dari, seperti disinggung diatas, nasionalisme kaum sarungan tak akan lekang oleh zaman. Pendahulu mereka yang menumpahkan darah mengusir penjajah, maka tugas santri saat ini adalah menjaga kedaulatannya. [ama]



EmoticonEmoticon